Rencana itu jelas menunjukkan Trump menutup mata terhadap sejarah bahkan mengingkari filosofi Bangsa Amerika sebagai bangsa imigran,"
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Maarif Intitute (MI) Fajar Riza Ul Haq menilai calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengingkari fitrah AS sebagai bangsa imigran dengan pernyataannya untuk melarang Muslim masuk negaranya.

"Rencana itu jelas menunjukkan Trump menutup mata terhadap sejarah bahkan mengingkari filosofi Bangsa Amerika sebagai bangsa imigran," kata Fajar saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Menurut dia, sikap politik Trump ini mencerminkan wajah politik fasisme yang bertolak belakang dengan semangat kerja sama dan keterbukaan sebagai dua hal yang sangat fundamental di abad ke-21.

Kebijakan politik semacam ini akan mengundang reaksi kebencian, permusuhan dan konflik, katanya.

"Saya tidak yakin negara imigran seperti Amerika akan tunduk pada politik fasisme Trump. Tentu umat Islam di luar Amerika tidak mudah terprovokasi oleh gagasan kontroversial Trump demi populisme," kata dia.

Fajar mengatakan sepanjang wacana itu diperdebatkan di ruang publik secara sehat dan bebas maka seharusnya masyarakat dunia tidak usah reaktif.

Direktur Eksekutif MI ini mengatakan bagi orang yang mengetahui rekam jejak Trump tentu tidak akan terkecoh dengan akrobat ide-ide miliuner AS ini demi memuluskan hasrat politiknya untuk menguasai Gedung Putih.

Kebijakan Obama untuk membangun hubungan yang lebih konstruktif dan dialogis dengan dunia Islam masih sangat relevan.

"Saya pikir Trump mencoba bertolak dari antitesis kebijakan politik Obama ini," kata dia.

Upaya Trump yang ofensif terhadap Islam, lanjut dia, akan menyeret Amerika ke dalam pusaran konflik yang merugikan masa depan politik luar negeri Amerika, terlebih sedang membutuhkan dukungan dan kerjasama dari dunia Islam di saat Tiongkok mulai menjadi pesaing serius Amerika.

Soal ofensifnya Trump terhadap dunia Islam, Fajar berpendapat hal itu dilakukan Trump untuk kepentingan popularitas dalam kancah perpolitikan AS.

"Trump mengeksploitasi ancaman ISIS dan penyerangan di Paris. Partai Republik memang pendukung loyalnya dari kelompok konservatif dan anti Islam. Pernyataan Trump itu wujud dari Islamophobia," katanya.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015