Banyak orang yang mengaku ber-Tuhan tetapi tidak ber-Tuhan, beberapa kelompok minoritas itu masih ada tetapi negara tidak adil. Saya makin tidak paham bagaimana orang berpikir, lalu Maarif Institute dengan lilin kecil itu menyala,"
Jakarta (ANTARA News) - Ahmad Syafii Maarif mengatakan organisasi Maarif Institute hanya ibarat lilin kecil di tengah kegalauan bangsa Indonesia menghadapi berbagai krisis dan persoalan yang mengancam persatuan bangsa.

"Banyak orang yang mengaku ber-Tuhan tetapi tidak ber-Tuhan, beberapa kelompok minoritas itu masih ada tetapi negara tidak adil. Saya makin tidak paham bagaimana orang berpikir, lalu Maarif Institute dengan lilin kecil itu menyala," kata Syafii dalam Tasyakuran 10 Tahun Maarif di Wisma Antara, Jakarta, Jumat malam.

Tokoh pluralisme bangsa itu miris memperhatikan kondisi kehidupan di Tanah Air, khususnya antarumat beragama, yang hingga kini masih terjadi berbagai bentuk kekerasan terhadap kelompok minoritas.

Dia mengambil contoh konflik perselisihan kelompok Suni dan Syiah serta intimidasi terhadap jemaah Ahmadiyah yang seharusnya mendapat hak hidup sama seperti warga negara Indonesia lain.

"Di dalam Alquran dijelaskan bahwa manusia itu satu. Kalau sudah satu, semestinya kita melawan segala bentuk rasisme dan segala macam kezaliman atas nama apa pun," tegasnya.

Perayaan satu dekade Maarif Institute dihadiri oleh tokoh-tokoh lintas agama yang menyuarakan pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain, Franz Magnis Suseno S.J., Benny Susetyo Pr., Andreas Yewangoe, Bikkhu Pannyvaro, dan Amin Abdullah.

Amin mengatakan bahwa keberadaan Maarif Institute memberikan angin segar bagi fakta keras kebinekaan yang terjadi di Indonesia.

"Ibarat oase, Maarif Institute dinantikan banyak orang di tengah fakta keberagaman yang keras di Negeri ini dengan problem yang begitu kompleks," kata Amin.

Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menyebut Maarif Institute seperti Tarekat Jesuit (SJ) di lingkungan Muhammadiyah dan NU dengan segala bentuk keberagamannya.

"Maarif Institute memberi inspirasi luar biasa kepada anak muda, inilah `genre` Sosiat Jesuit kalau di lingkungan Katolik. Harapan saya dapat seperti itu," ujarnya.
(F013/D007)

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013