Bogor (ANTARA) - Indonesia kini memiliki pusat data rajungan (Portunus pelagicus) berbasis platform digital, kata ahli perikanan kelautan IPB University Dr Hawis Madduppa.

"Pengelolaan perikanan rajungan yang baik, membutuhkan landasan pengelolaan yang juga baik yang bersumber dari data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan," katanya di Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Ia menjelaskan pusat data itu merupakan platform berbasis web yang dapat dioperasikan pada perangkat desktop yang memuat berbagai informasi data perikanan rajungan.

Platform tersebut dapat dikunjungi di alamat laman www.apri-go-online.com, yang dapat diakses oleh semua orang dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada platform tersebut.

"Pusat data rajungan Indonesia itu diluncurkan pada Sabtu (17/7) 2021," katanya.

Menurut Hawis Maddupa yang juga Direktur Eksekutif Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) peluncuran pusat data tersebut bersamaan dengan pertemuan triwulan APRI (Q2) secara daring yang diikuti oleh Direktur Pengelolaan Sumberdaya Ikan Direktorat Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan(KKP) Trian Yunanda, M.Sc, Ketua Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (Komnaskajiskan) Prof Dr Indrajaya MSc, Sustainable Envoy National Fisheries Institute (NFI) Crab Council Dr Abdul Ghofar, Dewan dan anggota APRI beserta staf, enumerator (staf pencatat data perikanan) dan "community officer" APRI.

Ia menjelaskan APRI sejak 2015 telah memulai pendataan pada perikanan rajungan di berbagai wilayah di Indonesia dalam rangka pengelolaan berkelanjutan, dengan menempatkan enumerator sebagai petugas pendataan di lapangan.
Peluncuran "APRI Datacenter" secara daring yang berlangsung di Bogor, Sabtu (17/7/2021). (ANTARA/HO-Humas APRI)


Selain itu, juga menerapkan apa yang disebut dengan Dokumen Kontrol (Control Document) pada perikanan rajungan sebagai alat ketertelusuran.

APRI terus mengembangkan pendataan pada perikanan rajungan di mana saat ini telah mengembangkan suatu platform yang dapat memberikan informasi terkait data-data pada perikanan rajungan yang disebut dengan "APRI Datacenter" yang bisa diakses melalui laman www.apri-go-online.com itu.

Pengguna dapat melihat data-data, seperti data volume ekspor, volume penangkapan, jumlah "mini plant", jumlah nelayan, jumlah kapal, serta jumlah alat tangkap.

Secara umum, katanya, pusat data APRI akan menampilkan informasi dalam bentuk peta, baik peta provinsi maupun peta Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) di Negara Republik Indonesia.

Peta tersebut akan menampilkan nilai data yang digambarkan dengan skala warna, di mana semakin tinggi nilainya maka warna yang dihasilkan akan semakin pekat.

Di samping itu, pengguna juga dapat melihat sebaran data di tiap kabupaten/kota, serta dapat membandingkan tren data antara dua tahun data, apakah terjadi penurunan atau kenaikan.

Melalui pusat data, pihaknya berharap dapat memberikan informasi terkait perikanan rajungan di Indonesia kepada seluruh pihak.

Pusat data APRI juga diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi para pemangku kepentingan di perikanan rajungan sebagai landasan dalam melakukan aksi pengelolaan.

Penyempurnaan juga terus dibangun agar pusat data APRI dapat memberikan manfaat yang semakin baik dari waktu ke waktu.

"Semoga dengan diluncurkannya APRI Datacenter ini, pengelolaan perikanan rajungan Indonesia dapat semakin baik dan dapat terus berkontribusi dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia," demikian Hawis Madduppa.

Baca juga: IPB University: Kolaborasi kunci penyusun revisi RPP Rajungan
Baca juga: Menteri Trenggono dorong balai KKP tingkatkan produksi rajungan
Baca juga: Implementasi aturan rajungan mesti dirujuk semua pihak

 

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021