Mereka yang gigih dan yang bekerja keras yang akan bisa lolos dalam. program ini. Mahasiswa mendapatkan kesempatan yang sama
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Prof Nizam mengatakan program Merdeka Belajar: Kampus Merdeka (MBKM) tidak melihat kampus negeri atau swasta melainkan kegigihan mahasiswa.

“Minggu lalu Presiden Jokowi telah meluncurkan program MBKM untuk semester depan dengan menyediakan lebih dari 80.000 kuota bagi mahasiswa untuk mengikuti berbagai program yang disediakan pemerintah,” ujarnya dalam taklimat media secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin.

Berbagai program tersebut, di antaranya magang bersertifikat, pertukaran mahasiswa, Kampus Mengajar, dan magang dengan industri. Mahasiswa yang ingin mendaftar harus mendapatkan rekomendasi dari kampusnya.

“MBKM yang bersifat kompetitif, kita tidak melihat kualitas perguruan tingginya. Melainkan kerja keras mahasiswa untuk bisa mengikuti program MBKM. Jadi kuncinya pada kegigihan setiap mahasiswa, dan bukan pada besar atau kecilnya perguruan tinggi,” kata dia.

Baca juga: Presiden: Mahasiswa jangan hanya belajar di kampus

Dia mengakui banyak mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi negeri, hal itu karena sebagian besar kampus negeri memiliki jumlah mahasiswa yang banyak.

“Kuncinya terletak pada masing-masing mahasiswa. Mereka yang gigih dan yang bekerja keras yang akan bisa lolos dalam. program ini. Mahasiswa mendapatkan kesempatan yang sama,” kata dia.

Pihaknya berupaya mengakselerasi perkuliahan tatap muka. Pembelajaran daring tidak sepenuhnya menggantikan pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi.

“Pendidikan tidak sekadar mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi kecakapan kemampuan nonteknis dan interaksi sosial tidak bisa tergantikan dengan daring,” kata dia.

Baca juga: Mendikbudristek ingin ciptakan sistem pendidikan tinggi berkolaborasi
Baca juga: Kampus Merdeka berikan kebebasan mahasiswa geluti bidang tertentu


Pewarta: Indriani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021