Bogor (ANTARA) - Hari pertama uji coba pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah menengah pertama di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, diawali dengan sosialisasi mengenai pencegahan penularan COVID-19 pada Senin.

"Hari pertama pelaksanaan PTM (pembelajaran tatap muka) diisi dengan kegiatan perkenalan siswa dan sosialisasi (pencegahan) COVID-19," kata Wali Kota Bogor Bima Arya usai meninjau uji coba pelaksanaan pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 15 Kota Bogor.

Bima mengemukakan, penyuluhan mengenai pencegahan penularan COVID-19 dilakukan agar siswa mengetahui dan memahami bahaya COVID-19 serta cara mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona tipe SARS-CoV-2 itu.

"Siswa harus paham dulu, apa itu COVID-19 dan bahayanya," katanya.

Saat meninjau uji coba pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 15 Kota Bogor, Wali Kota berdialog langsung dengan para siswa untuk mengetahui pemahaman mereka mengenai COVID-19.

Kepada para siswa, dia bertanya tentang protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 serta risiko penularan virus dari penderita COVID-19 yang tidak mengalami gejala sakit. Para siswa bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan benar.

Wali Kota mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka, sekolah wajib menyiapkan fasilitas pendukung penerapan protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan dan alat ukur temperatur tubuh serta membatasi jumlah siswa dalam setiap kelas maksimal 50 persen dari kapasitas.

"Guru dan siswa juga wajib memakai masker dan rajin mencuci tangan atau memakai hand sanitizer," katanya.

Setelah melakukan peninjauan, Wali Kota menyatakan bahwa SMP Negeri 15 Kota Bogor sudah memenuhi semua persyaratan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.

"Kita harapkan pelaksanaan uji coba PTM ini berjalan lancar sehingga jumlah sekolahnya dapat ditambah secara bertahap," katanya.

Uji coba pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Bogor pada Senin diikuti oleh 37 SMP.

"Kita harapkan bisa berjalan lancar. Kalau dalam perkembangannya ada kejadian yang kurang baik, akan dievaluasi lagi," katanya,

Bima menjelaskan, selama uji coba pembelajaran tatap muka, kegiatan belajar mengajar hanya dilakukan sekitar tiga jam per hari dengan jumlah peserta dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas ruang kelas.

Dia meminta para orang tua aktif memantau kondisi anak-anak mereka selama mengikuti pembelajaran tatap muka.

"Jika ada gejala pada anaknya agar cepat mengambil tindakan, melakukan tes swab dan diminta untuk sementara tidak hadir ke sekolah," katanya.

Baca juga:
Pembelajaran tatap muka akan dilaksanakan secara bertahap di Surakarta
Kota Bandung bersiap melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas

 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021