Memiliki otentikasi bawaan untuk PC yang mematuhi standar Aliansi FIDO (Fast Identity Online) adalah keuntungan tambahan untuk mengamankan perangkat anda
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi multinasional Lenovo mengingatkan bahwa pada masa pandemi COVID-19, berbagai jenis usaha akan semakin banyak yang terhubung secara digital di dunia maya sehingga esensial untuk benar-benar menjaga keamanan siber.

"Sekarang, keamanan siber tidak bisa hanya berfokus pada produk, hal ini membutuhkan solusi end-to-end, pendekatan menyeluruh yang lebih ketat dan penuh perhitungan untuk perangkat Anda," kata General Manager Lenovo Indonesia, Budi Janto, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Menurut Budi Janto, hal tersebut menjadi sangat penting terutama pandemi mengakibatkan banyak karyawan bekerja tidak lagi terbatas hanya berada di kantor.

Ia mengemukakan, di Lenovo, pihaknya menyarankan organisasi bersikap proaktif dalam memastikan solusi keamanan memenuhi kebutuhan operasional bisnis mereka.

"Penjahat siber semakin menargetkan rantai pasokan untuk memasukkan kerentanan ke dalam perangkat selama proses manufaktur hingga sebelum pengiriman. Karenanya penting untuk memilih mitra yang tepat yang dapat menyediakan perangkat yang diamankan langsung dari lapisan pertama rantai pasokan," katanya.

Selain itu, ujar dia, sekitar 81 persen dari pelanggaran data melibatkan kata sandi yang lemah serta kata sandi default atau dicuri. Apalagi, perizinan identitas melalui lapisan otentikasi, login tanpa kata sandi yang aman dan pemindai sidik jari adalah cara baru untuk memastikan keamanan identitas pengguna tanpa kerumitan.

"Memiliki otentikasi bawaan untuk PC yang mematuhi standar Aliansi FIDO (Fast Identity Online) adalah keuntungan tambahan untuk mengamankan perangkat anda," ungkapnya.

Budi juga menyarankan agar perangkat dilengkapi dengan solusi seperti Virtual Private Network (VPN), yang dapat mendeteksi ancaman dan memberi tahu pengguna ketika mereka akan terhubung ke jaringan nirkabel yang tidak aman.

"Di setiap pelanggaran keamanan, ada banyak yang dipertaruhkan miliaran rupiah, reputasi organisasi, dan bahkan pekerjaan Anda. Melindungi data di era baru membutuhkan solusi keamanan yang menyeluruh dan terukur agar selangkah lebih maju dari para penjahat siber," ucapnya.

Sebelumnya, Pakar keamanan siber dari CISSReC Doktor Pratama Persadha menyebutkan salah satu sektor yang bisa membantu lompatan besar ekonomi di tengah pandemi COVID-19 adalah industri siber di Tanah Air.

Mengacu pada data riset Google pada tahun 2019, kata Pratama Persadha, potensi ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai 133 miliar dolar Amerika Serikat atau lebih dari Rp1.832 triliun.

Namun, kata Pratama yang juga dosen pascasarjana pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), prediksi Google ini keluar sebelum ada wabah Covid-19 sehingga ada banyak penyesuaian.

Di balik krisis perekonomian dunia akibat terpapar virus corona, menurut Pratama, ada satu hal penting bahwa krisis ini mendorong digitalisasi berjalan dengan sangat cepat, artinya konsumsi lewat layanan digital juga naik.

Pratama lantas mencontohkan pemakaian aplikasi webinar dan rapat daring, lalu sekolah dari rumah yang menggunakan perangkat elektronik dan data. Hal ini bisa dilihat dari laporan Telkom yang membukukan laba hampir Rp12 triliun.

Baca juga: Lima langkah amankan ponsel Android dari kejahatan siber
Baca juga: KreditPlus akui ada pencurian data dan lakukan investigasi

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020