Tidak ada data untuk menggerakkan pasar, meskipun Wall Street membukukan kerugian karena investor memikirkan kembali
New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), bertahan di atas level terendah hampir dua minggu pada sesi sebelumnya, ketika investor menjadi gelisah karena lonjakan baru virus corona dan penguncian lokal di beberapa negara.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,15 persen menjadi 96,889. Pada Senin (6/7/2020), indeks telah jatuh ke serendah 96,565 dengan rata-rata pergerakan 50 harinya tergelincir di bawah rata-rata 200 hari, yang dipandang sebagai sinyal bearish.

"Tidak ada data untuk menggerakkan pasar, meskipun Wall Street membukukan kerugian karena investor memikirkan kembali, setidaknya untuk saat ini, tentang prospek pertumbuhan ekonomi, karena hot spot COVID terus memperlambat pembukaan kembali di seluruh dunia," Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics, mengatakan dalam sebuah catatan.

Dolar, dipandang sebagai tempat yang aman, menguntungkan ketika investor menalangi aset-aset berisiko.

Mata uang berisiko seperti Aussie yang didorong komoditas, crown Norwegia dan crown Swedia, yang telah menguat tajam sejak April bersamaan dengan meningkatnya selera risiko di pasar global, berkurang pada Selasa (7/7/2020).

Langkah-langkah penguncian diterapkan kembali di kota terbesar kedua Australia pada Selasa (7/7/2020), membatasi penduduk Melbourne di rumah-rumah mereka kecuali ada keperluan penting selama enam minggu.

Di Amerika Serikat, wilayah Miami yang lebih besar di Florida menjadi hotspot terbaru yang menghentikan pembukaannya kembali ketika kasus virus melonjak puluhan ribu secara nasional dan jumlah korban tewas di AS mencapai 130.000.

Pejabat kesehatan AS Anthony Fauci mengatakan pada Senin (6/7/2020) bahwa keadaan wabah COVID-19 saat ini di Amerika Serikat "benar-benar tidak baik."

Melonjaknya kasus virus corona AS membuat pemilik bisnis "gugup lagi," kata presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic, Selasa (7/7/2020).

Sterling menguat 0,51 persen karena optimisme bahwa negosiator perdagangan Inggris dan Uni Eropa dapat menemukan titik temu pada jamuan makan malam yang direncanakan untuk hari berikutnya.

Baca juga: Investor ambil risiko, dolar melemah, yuan catat hari terbaik 7 bulan
Baca juga: Dolar AS naik tipis dipicu kekhawatiran virus corona bangkit kembali

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020