Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil beserta istri, Atalia Praratya meninjau ventilator portabel bernama Ventilator Indonesia atau Vent-I yang telah dikonfirmasi lulus uji produk dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Gita Amperiawan, Direktur Produksi PTDI, M Ridlo Akbar, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Dr Ir Syarif Hidayat, MT dan Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Prof Dr Ir Tatacipta Dirgantara, MT memperlihatkan Ventilator Vent-I kepada Gubernur Jabar, M. Ridwan Kamil di Hanggar Fixed Wing PTDI, Jalan Pajajaran Kota Bandung, Jumat.

Ventilator Vent-I merupakan produk kerja sama antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan PTDI. Setelah lulus uji produk dan uji klinis, Ventilator Vent-I akan diproduksi sebanyak 500 produk/minggu oleh PTDI.

Baca juga: Menristek: Produksi awal 200 ventilator portabel pada Mei 2020

“PTDI sedang mengonversi dari line of production yang tadinya pesawat menjadi sekarang ditugaskan oleh negara untuk memproduksi teknologi kesehatan yaitu ventilator. Ventilator ini ternyata mayoritas yang dibutuhkan adalah ventilator tipe untuk yang sakit tapi masih bisa bernafas. Nah kalau lancar segala rupanya, itu bisa diproduksi minimum 500 produk/minggu atau sekitar 2.000 per bulan kurang lebih,” kata Ridwan Kamil.

Gubernur menambahkan bahwa perizinan produksi ventilator sedang diproses dan berjalan dengan baik dan lancar, dimana untuk tahap awal akan diproduksi sebanyak 200 ventilator. Diharapkan kebutuhan ventilator di Indonesia dapat terpenuhi dengan baik.

Baca juga: Kemenperin gandeng empat tim pengembang ventilator

Direktur Produksi PTDI, M Ridlo Akbar menambahkan PTDI ditugaskan oleh Kementerian untuk membantu proses industrialisasi ventilator agar segera dilakukan, kita melakukan industrialisasi dengan inovator yang melakukannya, dalam hal ini ITB.

"Kami sekarang sedang menyiapkan fasilitas lini produksinya untuk serial production, kemudian melakukan reverse engineering untuk komponen-komponen yang tidak tersedia di dalam negeri, itu yang menjadi fokus kita hari ini, sehingga diharapkan pada saat izin produksi sudah diterbitkan untuk proses industrialisasinya, kita bisa segera mulai dengan target pertama sampai dengan 500 unit per minggu,” kata Ridlo.

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020