Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah video yang menyebut peneliti asal Amerika Serikat, Dr. Charles Lieber dari Universitas Harvard, telah membuat dan menjual virus penyebab COVID-19 ke China beredar di media sosial, termasuk pesan berantai di WhatsApp.

Video berdurasi 01:39 menit itu menyebut Dr. Charles Lieber telah ditangkap, kabar tersebut semula beredar dari media sosial. Dalam video itu disebut akun @johnbwellCTM pada 5 April 2020 sebagai pihak yang pertama kali menyebarkan informasi tersebut. 

Video itu juga menyertakan pernyataan dari konferensi pers dari seorang jaksa AS untuk Distrik Massachussetts Andrew Lelling. 

"Kami di sini, hari ini mengumumkan tiga kasus terpisah yang menyoroti sedang berlangsung.

Ancaman yang ditimbulkan oleh spionase ekonomi Tiongkok dan pencurian penelitian oleh China,"
kata dia. 

Lelling diklaim menyatakan dugaan bahwa Lieber menandatangani kontrak dengan Universitas China di Wuhan, dan dibayar hingga 50 ribu dolar per bulan ditambah 158 ribu dolar per tahun untuk biaya hidup oleh program Thousand Talents Plan di China. 

Namun, benarkah peneliti Harvard AS itu telah menjual virus yang menjadi penyebab COVID-19 ke China?
 

Penjelasan:

Video itu merupakan penggabungan antara dua narasi yang berbeda. Video tersebut mempunyai dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Narasi berbahasa Indonesia merupakan tempelan dari potongan video media daring media daring asal Boston, Amerika Serikat, wcvb.com.
 
Kejadian di video itu memang benar. Tapi, narasi bahwa Dr. Charles Lieber didakwa karena membuat dan menjual virus penyebab COVID-19 ke China adalah salah. 

Narasi bahasa Inggris tidak pernah menyebutkan Lieber memproduksi dan menjual virus penyebab COVID-19. Narasi tempelan berbahasa Indonesia yang menyebutkan Lieber didakwa karena menjual virus penyebab COVID-19 ke China. 

Jaksa Andrew Lelling yang ada di dalam video tersebut memang menangani kasus Liber.

Liber yang merupakan Ketua Departemen Kimia dan Biologi Kimia di Universitas Harvard didakwa karena membuat pernyataan palsu kepada agen pemerintah Amerika Serikat, bukan karena menjual virus penyebab COVID-19.

Selain menerima biaya hidup sebesar 50 ribu dollar AS per bulan dan 158 ribu dollar AS per tahun, Lieber juga diduga menerima lebih dari 15 juta dolar AS dalam bentuk hibah dari Institut Kesehatan Nasional dan Departemen Pertahanan.

Lieber bekerja sama dengan program Thousand Talents Plan asal China, termasuk di dalamnya kerja sama dengan Universitas Teknologi Wuhan antara 2012 dan 2017.

Sejak 2011, Lieber juga menjadi ilmuwan stategis di Universitas Teknologi Wuhan. Keterlibatannya itu tidak diketahui oleh Universitas Harvard. 

Lieber ditangkap dan didakwa di pengadilan federal pada 28 Januari 2020. Kasus itu tidak terjadi pada akhir-akhir ini seperti yang dinarasikan di video yang tersebar. 

Dalam dakwaannya, jaksa tidak menuduh Dr. Lieber merekayasa virus apa pun, dan mereka tidak pernah mengaitkan Lieber dengan COVID-19.

Klaim : Peneliti Harvard AS menjual virus yang menjadi penyebab COVID-19 ke China
Rating : Salah/Disinformasi

Baca juga: Peneliti pernah umumkan virus corona kelelawar menular manusia di 2017

Baca juga: Peneliti: Ada kemungkinan rekombinasi virus di trenggiling

Baca juga: Peneliti: Herd immunity skenario terburuk tangani COVID-19

Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2020