Kuala Lumpur (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid memotivasi puluhan pelajar Islam di kawasan Asia Tenggara yang berkumpul dalam rangka sidang puncak pemimpin muda ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin. Mereka tergabung dalam Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara (Pepiat) yang melakukan kongres mulai 1-4 November 2019.

Anggotanya berasal dari organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam - Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO), Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia (PKPIM), Persatuan Pelajar Islam Kamboja (CAMSA), Persatuan Pelajar Islam Thailand (TMSA), Persatuan Pelajar Islam Filipina (FAMSA) dan National University of Singapore Muslim Society.

Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Santri kontribusi atasi kemiskinan dan pengangguran

Dalam acara penutupan kongres yang dilaksanakan di Kantor Angkatan Belia Malaysia (ABIM), Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menyampaikan motivasi kepada kaum pelajar untuk memperkuat persatuan dan membangkitkan kejayaan Islam di Nusantara.

“Saya berharap para pelajar untuk senantiasa meneladani akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, dengan mempelajari sejarah perjuangan beliau dan para sahabatnya. Kita perlu memperkuat Islam yang berperadaban, bersikap moderat (wasatiyah) dan memiliki jati diri yang kokoh serta unggul dalam berbagai bidang,” ujar Hidayat yang dikenal sebagai aktivis saat menjadi santri Pesantren Gontor atau mahasiswa Universitas Islam Madinah.

Selain itu, pelajar Islam harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu berkompetisi dalam beragam kebaikan.

“Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dibutuhkan untuk melahirkan pencerahan bagi umat,” katanya.

Hidayat mengutip penggalan sejarah pahlawan Indonesia, ada sosok yang sangat layak diteladani, yaitu Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Baca juga: Profil - Hidayat Nur Wahid berkhidmat untuk MPR

“Sudirman seorang santri dan guru yang memiliki pendirian teguh, tidak mau berkompromi dengan penjajah. Ia senantiasa memegang tiga rahasia kenapa selalu lolos dari sergapan tentara Belanda. Yakni, senantiasa menjaga wudhu, shalat tepat waktu, dan senantiasa ikhlas,” papar Hidayat.

Untuk menangkal isu islamopobhia, termasuk stigma radikalisme dan terorisme, para pelajar diminta mampu menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil alamin serta cinta perdamaian.

“Para pelajar harus memegang prinsip-prinsip dakwah Rasulullah, dengan menampilkan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah, memahami nilai-nilai sosiologis di negara tempat kita berkiprah, serta penguatan dalam bidang ekonomi umat,” jelas Hidayat yang tercatat sebagai anggota Majelis Ta’sisi dalam Rabithah Alam Islami.

Dia mengatakan pelajar Islam harus bisa bekerjasama dengan organisasi apapun, siapapun, latar belakang apapun asal memberi manfaat apalagi dengan sesama organisasi Islam harusnya lebih kuat berinteraksi dan maksimal.

Dalam acara kongres tersebut, hadir juga sebagai narasumber tokoh-tokoh Malaysia, antara lain Datuk Seri Anwar Ibrahim (anggota parlemen), Senator Ismail Yusop, dan Mustaffa Kamil Ayub, politisi senior.

Mereka bernostalgia saat menjadi aktivis kampus dan memberikan arahan agar kaum muda siap menyongsong masa depan yang penuh tantangan.

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019