Jakarta (ANTARA) - Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) membagikan lebih dari 2.000 masker untuk warga yang terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Jambi.

"Untuk pagi ini kita sudah bagikan sekitar 500 masker. Kalau dari kemarin itu sudah sekitar 2.000 masker yang sudah kita bagikan kepada masyarakat sekitar yang sedang beraktivitas di luar rumah," kata Kepala Program ACT Jambi Husen Wijaya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Pembagian masker tersebut merupakan respon cepat ACT dalam penanganan kabut asap yang melanda Kota Jambi.

Tim Aksi Cepat Tangap (ACT) Jambi meninjau kondisi kota, tepatnya di Jembatan Gentala Arasy. Tebalnya kabut asap membuat jarak pandang semakin dekat serta membuat mata perih.

Baca juga: Kabut asap masih selimuti Kota Jambi meski sempat diguyur hujan

"Kita lihat sendiri keadaan udara pagi ini juga sangat membuat kita sesak. Sepanjang Sungai Batang kabut asap sangat-sangat pekat. Bahkan sekitar jam 10 pagi tadi, cahaya matahari seperti belum masuk ke kota. Jarak pandang juga jadi sangat dekat," kata Husen Wijaya.

Pemadaman titik api sebelumnya telah dilakukan oleh tim ACT Jambi pada saat kabut asap pertama datang, yakni pada 26 September hingga 8 Oktober 2019 lalu.

Pemadaman titik api dilakukan bersama dengan relawan ACT yang didatangkan langsung dari Sumatera Barat. Namun kabut asap tak kunjung mereda.

Husen menjelaskan, mereka akan kembali meninjau titik api yang ada untuk memastikan kabut asap kali ini berasal dari titik yang sama dari lokasi sebelumnya.

Husen berharap agar ACT dapat berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk membuat rumah oksigen.

"Dalam waktu dekat kita akan melakukan survei kembali ke daerah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yakni Kumpeh, Muaro Jambi, dan kita akan pastikan kembali apakah titik api yang kemarin padam menyala kembali. Dan insyaallah kita akan berkoordinasi dengan dinas setempat untuk membuat Posko Rumah Oksigen yang akan kita dirikan di Kumpeh," katanya.

Baca juga: Hujan deras, kabut asap di Kota Jambi dan sekitarnya mulai menipis

Baca juga: Para orang tua mulai khawatir anaknya terpapar asap

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019