Mexico City (ANTARA) - Kejaksaan Meksiko akan menyelidiki para pejabat, yang pada pemerintahan sebelumnya menangani pengusutan "meragukan" dalam kasus 43 mahasiswa yang hilang pada 2014, kata Kejaksaan Agung, Sabtu (14/9).

Penculikan dan pembantaian massal yang tampaknya dialami oleh para mahasiswa calon guru itu oleh polisi korup, yang bekerja sama dengan sebuah kelompok penyelundup narkoba, telah memicu kecaman dari masyarakat internasional terhadap Meksiko.

Baca juga: Meksiko janji identifikasi ribuan jasad korban kekerasan

Kasus itu juga sangat merusak citra presiden Meksiko saat itu, Enrique Pena Nieto.

Pekan lalu, pengganti Pena, Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, mengatakan pemerintah akan mengajukan keberatan kepada Kejaksaan Agung atas pembebasan salah satu tersangka utama, di balik kasus kehilangan pada 26 September 2014, dari penjara.

Hakim sebelumnya memerintahkan agar Gildardo Lopez Astudillo dibebaskan setelah sejumlah pejabat diketahui menyiksa dia dalam upaya mengumpulkan bukti.

Baca juga: Meksiko berjanji hapuskan penyiksaan tahanan

Astudillo adalah pemimpin geng penyelundup narkoba, yang dituding sebagai sosok yang memerintahkan pembunuhan para mahasiswa tersebut.

Dalam pernyataan, Kejaksaan Agung mengatakan kantor kejaksaan khusus akan menyampaikan bukti-bukti yang diperlukan sehingga para pejabat "yang gagal menjalankan tugas mereka" itu bisa dimintai pertanggung jawaban atas cara mereka menangani kasus kehilangan mahasiswa.

Penyelidikan sebelumnya oleh pemerintah telah dianggap meragukan oleh masyarakat dan kerabat para korban, kata Kejaksaan Agung.

Baca juga: Pembunuhan di Meksiko meningkat pada 2019

Sumber: Reuters

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019