Kami mendukung FSM itu bisa mendatangkan wisatawan dunia
Lebak (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan Festival Seni Multatuli (FSM) yang digelar Pemerintah Kabupaten Lebak menjadikan insipirasi bagi kemajuan peradaban dunia.

"Saya kira FSM ini momentum umat manusia dalam sejarah peradaban baru atas penindasan penjajah terhadap kaum pribumi," kata Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kemendikbud Ananto Kusuma Seta ​​​​​di Lebak, Senin.

Festival yang dilaksanakan pemerintah daerah itu, katanya, menjadikan tonggak sejarah peradaban manusia di dunia, di mana "Max Havelaar", yakni Edward Douwes Dekker, warga Belanda yang menjabat Asisten Residen Lebak pada 1850 prihatin dan iba melihat nasib buruk masyarakat Kabupaten Lebak yang diperlakukan tidak adil.

Penjajah Belanda bertindak sewenang-wenang terhadap kaum Bumi Putra. Mereka diperas oleh para mandor, demang, dan bupati.

Keluarga para kuli tinggal di desa-desa sekitar perkebunan hidup melarat dan diperlakukan secara tidak manusia oleh para petugas pemerintah setempat.

Dengan demikian, kata dia, FSM untuk mengenang Novel Max Havelaar, karya pena Multatuli, merupakan bagian sejarah dunia.

"Kami yakin FSM ini menjadikan agenda dunia," katanya.

Baca juga: Rumah Multatuli akan direvitalisasi

Ia mengatakan FSM 2019 bertaraf nasional dan internasional dengan dihadiri wisatawan dari beberapa negara.

Penyelanggaraan FSM dipastikan lebih ramai pada peringatan 200 tahun Multatuli.

Ia mengatakan penyelenggaraan FSM sejak dua tahun terakhir berjalan sukses dan mengundang wisatawan mancanegara.

"Kami mendukung FSM itu bisa mendatangkan wisatawan dunia," katanya.

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan FSM menjadikan agenda tahunan untuk mengenang sejarah peradaban manusia, di mana Kabupaten Lebak memiliki sejarah kelam atas penjajah Belanda terhadap kaum pribumi.

"Kami yakin ke depan kegiatan perayaan FSM akan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara," katanya.

Baca juga: Opera Saidjah-Adinda: Kisah kasih jelata era kolonial
Baca juga: Novel "Max Havelaar" adalah gugatan atas ketidakadilan

 

Pewarta: Mansyur Suryana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019