Kendari (ANTARA) - Dinas Pertanian (Distan) Kota Kendari bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membangun rumah burung hantu (rubuha) untuk mengusir hama tikus di areal persawahan di Amohalo, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra).
Kepala Distan Kota Kendari Makmur di Kendari, Sabtu, mengatakan bahwa pemanfaatan rubuha merupakan strategi pengendalian hayati yang ramah lingkungan dan efektif untuk mengurangi populasi tikus yang selama ini menjadi ancaman utama terhadap hasil panen petani.
"Kami telah membangun satu rubuha berkolaborasi bersama BRIN dengan melibatkan kelompok tani pada Rabu lalu di kawasan persawahan Amohalo di Kelurahan Baruga, dan semoga ini bisa menjadi contoh bagi kelompok tani yang lain" katanya.
Rubuha merupakan sarang buatan untuk menarik burung hantu jenis Tyto alba agar bersarang dan berkembang biak di sekitar lahan pertanian
Makmur menyebutkan bahwa metode rubuha ini diharapkan bisa mengendalikan hama tikus sehingga produksi padi terjaga dengan baik, karena burung hantu ini adalah predator alami tikus sawah yang dapat memangsa 5–10 ekor tikus per malam.
"Dengan pendekatan ini, petani tidak hanya mendapatkan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga turut menjaga keseimbangan ekosistem pertanian yang berkelanjutan," ujarnya.
Ia menyebutkan bahwa pengendalian hayati dengan metode rubuha tersebut juga dinilai hemat biaya karena bisa dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan di sekitar tempat petani.
"Rumah burung hantu dibuat dari papan kayu ukuran standar, dipasang pada tiang atau pohon setinggi 4–6 meter," ucap Makmur.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan data kawasan, persawahan Amohalo memiliki potensi pertanian yang cukup luas dan produktif, namun sering mengalami serangan hama tikus yang merusak tanaman padi, terutama saat fase generatif (pembentukan malai).
Sementara itu, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kota Kendari Ratriyansyah mengatakan bahwa kawasan persawahan Amohalo di Kelurahan Baruga seluas 320 hektare yang bisa menghasilkan padi sekitar 3.520 ton per tahun.