Kendari (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi ini menguat sebesar 32 poin menjadi Rp14.203 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.235 per dolar AS.
"Minat pelaku pasar kembali meningkat pada aset-aset di negara berkembang di tengah pudarnya sentimen resesi akibat perang dagang antara China dan Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan penasihat ekonomi Gedung Putih dikabarkan, tim negosiasi dagang Amerika Serikat dan China akan berkomunikasi secara intensif. Pasar merespon positif rencana dialog dagang itu yang sedianya akan dilaksanakan di Washington.
Baca juga: Terkait ancaman Trump, China berhenti beli produk pertanian AS,
"Itu merupakan kabar baik dari AS, dikabarkan dialog itu dilakukan pada awal September, diharapkan berjalan lancar," katanya.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan sentimen positif eksternal itu berhasil membangkitkan minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Indonesia dapat menikmati arus modal yang masuk sehingga menopang penguatan rupiah," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar uang juga masih merespon positif rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2020.
Baca juga: China dinilai manipulasi mata uang asing demi hilangkan persaingan
Ia menambahkan bahwa asumsi-asumsi dalam RAPBN 2020 cukup terukur. RAPBN yang terukur itu direspons positif pasar.
Berdasarkan RAPBN 2020, inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat.
Sementara nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp14.400 per dolar AS karena kondisi eksternal yang masih dibayangi oleh ketidakpastian.
Baca juga: APBD perubahan 2019 Sultra bertambah Rp102 miliar
Baca juga: APBD Perubahan Kolaka naik 3,93 persen