Gorontalo (Antara News) - Pemerintah Jepang dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo Utara akan bekerja sama membudidayakan kerang mutiara yang sangat potensial di laut Gorontalo.
Wakil Bupati Gorontalo Utara Roni Imran, Jumat, mengatakan, kerja sama ini sangat menguntungkan daerah ini, sebab dewan ekonomi Ehime-Jepang, akan memberikan banyak bantuan untuk menyukseskan program yang akan dilakukan para nelayan tradisional maupun masyarakat
Syarat yang diberikan pihak Ehime-Jepang sangat mudah, asalkan masyarakat bersatu menjalankan komitmen ini, yaitu pengelolaan lingkungan yang bersih dan bebas cemaran.
"Akan ada banyak bantuan anggaran untuk program pembudidayaan kerang mutiara, termasuk pengembangan sektor pertanian berteknologi tinggi, asalkan lingkungan daerah ini bisa terjaga dan bebas cemaran," ujar Wabup.
Pemkab telah mengawali kerja sama yang ditandatangani Bupati Indra Yasin pada kunjungannya bersama tim teknis terkait, didampingi pihak Universitas Negeri Gorontalo (UNG), di Universitas Ehime, Jepang.
Bahkan para peneliti dari Universitas Ehime dan UNG telah mengunjungi langsung beberapa wilayah pertambangan, untuk sosialisasikan tentang pencegahan penggunaan bahan berbahaya yang akan merusak lingkungan, seperti merkuri dan sianida.
"Pemkab berharap, sosialisasi yang intensif bisa menyadarkan masyarakat, khususnya penambang rakyat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan yang sehat dan bebas cemaran," ujar Wabup.
Sasaran sosialisasi di wilayah Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI), agar penambang diharapkan bisa beralih profesi bahkan ikut pada program pembudidayaan kerang mutiara maupun pemberdayaan di bidang pertanian, khususnya produksi beras untuk konsumsi masyarakat Jepang.
Pertemuan ini sudah beberapa kali dilakukan dengan harapan, mereka mau ikut dalam program pemberdayaan dan pengembangan ekonomi kreatif melalui berbagai Usaha Kecil Menengah (UKM).
Sementara itu, guru besar dari Universitas Ehime-Jepang, Prof. Sakakibara mengatakan, bantuan dari dewan ekonomi Ehime terhadap peningkatan sektor unggulan di daerah ini sangat mudah, syaratnya yaitu menciptakan kondisi lingkungan yang bersih termasuk pengelolaan sampah sesuai standar kesehatan.
Ia pun bersedia menempuh perjalanan darat yang cukup jauh ke lokasi pertambangan rakyat di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, agar masyarakat diberi pemahaman tentang bahaya penggunaan merkuri yang bisa meracuni tubuh manusia dan merusak lingkungan.
"Tawaran pengelolaan kerang mutiara dan produksi pertanian unggulan oleh Jepang, hanya sebagian kecil dari kerja sama yang akan dijalankan, asalkan daerah ini serius menjaga kelestarian lingkungannya dan mampu melakukan pengelolaan sampah," ujar Sakakibara.
Aktivitas pertambangan hanya bisa bertahan sekitar 25 tahun, namun kondisi lingkungan yang rusak dapat berdampak selamanya apalagi jika racun-racun dari zat berbahaya yang digunakan, sudah masuk dalam tubuh manusia.
Ia menjelaskan, limbah pertambangan bisa mencemari sungai, air sungai masuk ke laut membuat habitat didalamnya dapat ikut tercemar.
Uji kandungan merkuri tidak hanya dilakukan kepada masyarakat di sekitar lokasi pertambangan namun di pusat ibu kota kabupaten, seperti para Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah limbah merkuri dari wilayah PETI, sudah mencemari laut di wilayah Gorontalo Utara.
Kerugian ini kata Sakakibara, akan dirasakan turun temurun sehingga tawaran untuk pengelolaan lingkungan yang diberikan kepada Gorontalo Utara diharapkan bisa dimaksimalkan, seperti keberhasilan yang sudah dilakukan Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
Rencananya pada bulan Agustus 2014, pihaknya akan kembali ke Gorontalo Utara, untuk memaparkan data yang lebih akurat terkait kerja sama tersebut.