Kendari (ANTARA News) - Sejumlah perusahaan pertambangan di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, ditengarai menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi dalam mengoperasikan alat beratnya untuk kegiatan penambangan nikel.
"Akibat penyalahgunaan BBM bersubsidi oleh sejumlah perusahaan tambang itu, warga masyarakat terutama para nelayan penangkap ikan Pulau Kabaena semakin menderita karena kesulitan mendapatkan solar untuk melaut," kata Zainal (21), mahasiswa asal Pulau Kabaena di Kendari, Jumat.
Zainal mengaku ia bersama rekan-rekannya mahasiswa asal Pulau Kabaena, Jumat mendatangi Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sulawesi Tenggara, mengadukan ulah sejumlah perusahaan tambang yang menggunakan BBM solar bersubsidi dalam menggerakkan alat-alat berat perusahaan mereka.
"Pak Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Fachrurrozi yang menerima kami berjanji akan melaporkan tuntutan mereka kepada Pak Kapolda agar bisa dilakukan penyelidikan," katanya.
Ia mengatakan kehadiran sejumlah perusahaan tambang nikel di Pulau Kabaena, telah membuat masyarakat pulau tersebut menderita akibat terkena dampak dari aktivitas perusahaan.
Selain kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi untuk kebutuhan melaut, sebagian besar para nelayan di wilayah pesisir kehilangan sumber mata pencaharian karena lahan usaha budidaya rumput laut mereka diduga tercemar limbah tanah yang bersumber dari aktivitas penambangan nikel.
"Nelayan yang bermukim di wilayah pesisir Pulau Kabaena saat ini tidak dapat lagi membudidayakan rumput laut karena perairan sekitar pemukiman mereka diduga sudah tercemar limbah berupa lumpur tanah yang meluber dari lokasi penambangan nikel," katanya.
Selain kehilangan sumber mata pencaharian, kata dia, sebagian masyarakat Pulau Kabaena saat ini juga kesulitan mendapatkan air bersih yang menjadi kebutuhan vital sehari-hari.
Sebagian mata air di sekitar kawasan tambang yang selama ini menjadi sumber mata air bagi warga, juga sudah tertutup akibat aktivitas penanmbangan nikel.
"Kehadiran perusahaan tambang nikel di Pulau Kabaena telah membuat masyarakat di pulau tersebut sudah benar-benar menyengsarakan rakyat setempat," katanya.
Ia berharap pihak Kepolisian Daerah Sultra segera bisa menghentikan ulah sejumlah perusahaan tambang nikel yang menggunakan BBM solar bersubsidi tersebut, sehingga masyarakat nelayan tidak kesulitan lagi memperoleh BBM solar.
"Kita dan kawan-kawan mahasiswa asal Pulau Kabaena terus menyuarakan masalah penyalahgunaan BBM bersubsidi oleh sejumlah perusahaan tambang nikel itu, hingga masyarakat Kabaena terlepas dari kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi," katanya. (Ant).