Jakarta, Antara Sultra - Bank Indonesia melaporkan hasil survei bahwa
sebagian industri perbankan meyakini penyaluran kredit dapat tumbuh
hingga 13,1 persen (year on year/yoy) pada 2017, setelah pada 2016
industri masih berkutat pada era konsolidasi dan kredit diperkirakan
hanya tumbuh sembilan persen.
Survei yang dilakukan terhadap 41 bank umum itu menyebutkan
perbaikan penyaluran kredit karena tiga faktor yakni melonggarnya
likuiditas perbankan, masih berlanjutnya penurunan suku bunga kredit,
dan kegiatan ekonomi yang akan menggeliat, berdasarkan simpulan survei
perbankan BI, di Jakarta, Selasa.
Gencarnya penyaluran kredit, menurut BI, karena melonggarnya sikap
perbankan dalam memberikan kredit kepada nasabah. Pelonggaran kebijakan
kredit itu karena penawaran suku bunga kredit yang rendah, dan
menurunnya biaya pencadangan kredit bermasalah.
"Faktor lainnya karena kondisi ekonomi ke depan lebih baik, dan
sektor riil yang memerlukan dukungan pembiayaan," tulis survei tersebut.
Survei Perbankan BI dilakukan terhadap 41 bank umum dan memiliki 80
persen nilai pangsa pasar kredit secara nasional.
Adapun untuk Dana Pihak Ketiga (DPK), sebagian industri perbankan
memerkirakan pertumbuhan simpanan akan menggeliat di awal kuartal I 2017
ini. Hal itu karena suku bunga simpanan dinilai perbankan masih menarik
meskipun lebih rendah dibanding 2016.
"Perkembangan DPK ini dipengaruhi oleh suku bunga dana yang
meskipun menurunan namun dinilai masih menarik bagi deposan karena
didukung oleh pelayanan bank," tulis BI.
Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III yang bermodal Rp5-Rp30 triliun
PT. Bank OCBC NISP Tbk mengatakan pertumbuhan kredit pada 2017 memang
dapat menyentuh dua digit. OCBC melihat kredit perseroan akan tumbuh di
rentang 9-12 persen, setelah pada 2016 realisasi kredit hanya tumbuh
delapan persen.
"Pertumbuhan kredit pada tahun ini diharapkan ditopang oleh kredit
Usaha Mikro Kecil dan Menengah," kata Presiden Direktur OCBC NISP
Parwati Surjaudaja.
Bank BUKU IV yang bermodal inti Rp30 triliun lebih, PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk, memprediksi pertumbuhan kredit perseroan tahun ini
mencapai sedikitnya 15 persen. Target tersebut tidak berbeda jauh dengan
perkiraan realisasi pertumbuhan kredit BRI 2016 yang berada di level
13-15 persen.
"Kredit BRI juga akan didorong oleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
penyalurannya akan digenjot sesuai instruksi pemerintah," tutur Direktur
Utama BRI Asmawi Syam.
Beberapa Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) juga mengungkapkan
optimisme yang sama. Deutsche Bank AG, perbankan asal Jerman, mengajukan
rencana bisnis dengan target pertumbuhan kredit mencapai 10 persen pada
2017. Padahal pada 2016, kredit Deutsche Bank hanya tumbuh lima persen.
Bank asal Amerika Serikat, Citibank atau Citi Indonesia juga menargetkan pertumbuhan kredit di rentang 9-12 persen.
Citi Country Officer & Country Head Citibank, Batara Sianturi,
mengklaim tidak akan mengalami kesulitan likuiditas atau pendanaan,
untuk mendapat pasokan dana guna mengerek penyaluran kredit hingga dua
digit.
Dia menepis kekhawatiran akan kembali terjadinya perang suku bunga
antara bank-bank kakap guna menarik dana simpanan masyarakat, terutama
dana deposan besar.
"Tidak, kan sudah ada batas (capping) OJK kok," ujar dia.