Kendari (Antara News) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), melalui buku kajian ekonomi regional (KER) mencatat, pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan daerah tersebut tumbuh terkontraksi sebesar -0,82 persen (yoy).
Kepala Perwakilan BI Sultra, Dian Nugraha, di Kendari, Senin, mengatakan angka tersebut tercatat jauh lebih rendah dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,17 persen (yoy).
Hal tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan negatif di sektor industri pengolahan terutama pada menurunnya kelompok industri logam dasar besi dan baja yaitu komoditas fero nikel sebesar -17,46 persen.
"Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan ekonomi Sultra,"ujar Kepala Perwakilan BI Sultra tersebut.
Ia menambahkan pertumbuhan negatif sektor pengolahan industri tersebut dikonfirmasi dengan menurunnya kapasitas produksi fero nikel sebagai salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sultra.
Menurutnya penurunan tersebut juga disebabkan oleh sentralisasi produksi hasil pertambangan menjelang penetapan UU menerba yang melarang ekspor bahan baku mentah.
"Kami yakini sektor industri pengolahan akan kembali naik dan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ekonomi sultra dengan berdirinya dan beroprasinya beberapa smelter,"ujarnya.
Ia menambahkan dengan berdirinya dua pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter-red), serta rencana pengembangan dan pembangunan beberapa smelter lainya diharapkan kedepannya sektor industri pengolahan dapat kembali tumbuh positif sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor sektor lainya.
Menurut dia, walau secara analisa tahunan mengalami penurunan tetapi jika di analisa berdasarkan triwulan ditahun yang sama maka pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan mengalami kenaikan sebesar 11,56 persen (qtq), setelah diperiode sebelumnya tumbuh negatif sebesar -4,75 persen (qtq).
Dengan kembali pulihnya permintaan terhadap komoditas nikel olahan khususnya fero nikel dari negara tujuan ekspor menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan kinerja industri pengolahan apabila dibandingkan dengan posisi ditriwulan sebelumnya.
Berita Terkait
Harga emas Antam 1 gram terkoreksi 0,38 persen
Selasa, 3 Januari 2023 12:00
Nilai tukar rupiah terkoreksi seiring masih buntunya negosiasi paket stimulus AS
Kamis, 10 Desember 2020 10:31
Presiden Donald Trump positif COVID-19, IHSG akhir pekan terkoreksi
Jumat, 2 Oktober 2020 16:03
Nilai tukar rupiah terkoreksi seiring potensi kembali memanasnya hubungan AS-China
Selasa, 23 Juni 2020 16:52
Nilai tukar rupiah terkoreksi di tengah beragamnya sentimen pasar
Jumat, 15 Mei 2020 10:03
Nilai tukar rupiah terkoreksi dipicu kekhawatiran gelombang kedua COVID-19
Selasa, 12 Mei 2020 10:16
Nilai tukar Rupiah terkoreksi dekati Rp15.000 dibayangi sentimen negatif
Senin, 4 Mei 2020 9:56
Nilai tukar rupiah terkoreksi di tengah silih bergantinya sentimen eksternal
Selasa, 28 April 2020 12:06